Pada tulisan sebelumnya, penulis telah mengemukakan tulisan tentang ka’bah sebelum masa ibrahim as (alaihissalam). Kali ini kita akan berbagi tentang bagaimana pembangunan ka’bah semasa Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Perintah Pembangunan Ka’bah
Sejarah tentang pembangunan ka’bah semasa nabi Ibrahim AS didapatkan beberapa riwayat. Salah satu riwayat didapatkan ketika seseorang mendatangi sahabat Ali bin Abi tholib RA (radhiallohu Anhu) sambil bertanya,
“Dapatkah engkau menceritakan kepadaku tentang Baitullah? Apakah betul ia rumah pertama yang ada di bumi?”.
“ Bukan, ia adalah rumah yang penuh dengan berkah yaitu Maqom Ibrohim. Siapa yang masuk didalamnya dia akan aman. Aku akan menceritakan kepadamu bagaimana ia dibangun. Sesungguhnya, Allahmewahyukan pada nabi Ibrahim AS, “Bangunlah sebuah rumah untuk-Ku di bumi”. Setelah menerima wahyu itu, Nabi Ibrahim pun resah. Maka, Allah menurunkan assakinah (ketenangan) yaitu angin yang memiliki dua arah, yang arah satu mengikuti arah lainnya. Dua arah angin itu bergerak hingga sampai di Mekkah dan berputar-putar di lokasi Baitullah seperti ular yang melingkar. Lalu Allah mewahyukan Nabi Ibrahim agar membangun ka’bah ditempat angin tersebut melingkar. Maka Ibrahim pun tenang dan mulai membangun Ka’bah”.
Riwayat dari Ath-Thabari lainnya yang diambil dari Ibnu Ishak, beliau berkata, “Mujahid dan ulama yang lain berkata bahwa setelah Allah SWT menampakkan pada Ibrahim AS lokasi Baitullah dan tanda-tanda tanah haram, ia pergi dan malaikat Jibril mengikutinya. Jika masuk ke sebuah desa Nabi Ibrahim bertanya, “Di tanah inikah engkau diperintahkan untuk memberitahuku wahai Jibril?”. Jibril menjawab” teruslah berjalan”.
Sesampainya di mekkah, saat itu tanahnya masih tandus dan dihuni kaum Amaliq yang tinggal di luar mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Ka’bah masih berupa tanah tinggi yang berwarna merah. Nabi Ibrahim bertanya kepada jibril, “apakah aku diperintahkan untuk membangun Ka’bah di sini ?”.
“Ya” jawab jibril.
Nabi Ibrahim kembali ke mekkah untuk ketiga kalinya saat diperintahkan Allah untuk membangun Ka’bah bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Saat itu nabi Ismail berusia 30 tahun. Sa’id bin Zubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, “ Ketika Nabi Ibrahim AS datang, ia mendapati Ismail sedang membetulkan panahnya di sebelah sumur Zam-zam. Ibrahim berkata “Wahai Ismail, sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkanku untuk membangun sebuah rumah untukNya”.
“maka, laksanakan perintah Tuhanmu” jawab Ismail.
“Tapi Allah memerintahkan engkau membantuku”.
“Kalau begitu aku akan membantumu” jawab Ismail.
Al-Umari meriwayatkan dari Sa’id ibnu ‘Arubah dari Qotadah bahwasanya ia berkata, “Cerita yang sampai pada kami menyebutkan bahwa pondasi Baitullah berasal dari gua Hiro’. Disebutkan juga bahwa bahan untuk membangun Baitullah berasal dari lima gunung ; Hiro’, Lubnan, al-Judi, Thursina, dan Thurzetta.
Penulis kitab “Tarikh al-Ka’bah al-Mu’azhzhamah” menggambarkan bahwa “Nabi Ibrahim menjadikan tinggi Ka’bah 9 hasta (1 Hasta = 45 cm), panjang utara ke selatan melalui sisi timur adalah 32 hasta, sedangkan panjang utara ke selatan dari sisi barat adalah 31 cm. Adapun panjang dari timur ke barat melalui sisi selatan atau dari Hajar Aswad ke rukun Yamani adalah 20 hasta. Sedangkan panjang dari timur ke barat melalui sisi utara atau melalui hijir Ismail adalah 22 hasta. Selain itu Nabi Ibrahim membuat 2 pintu hingga ke lantai. Pintu pertama di sebelah timur, di dekat Hajar Aswad, an yang kedua di sebelah barat di dekat rukun Yamani sejajar dengan pintu pertama. Dan Nabi Ibrahim menggali lubang di dalamnya untuk menyimpan barang,ia tidak menutup lubang itu dengan atap atau tanpa daun pintu”.
Lubang yang dibuat oleh Nabi Ibrahim dimaksudkan sebagai gudang penyimpanan, dan berharap Ka’bah bukan sekedar tempat ibadah kepada Allah, tapi juga sebagai tempat untuk mempersembahkan nadzar, dan lubang itu akan digunakan untuk menyimpan harta nadzar.
Sejarah Hajar Aswad
Sebagaimana kita ketahui, dipojok bangunan Ka’bah didapatkan adanya Batu Hajar Aswad. Sejarah tentang Hajar Aswad disaat bangunan Ka’bah nyaris sempurna. Ath-Thabari menyebutkan “ Ketika itu Nabi Ismail ingin menyempurnakan Ka’bah dengan sebuah benda, tetapi Nabi Ibrahim berkata, “Jangan! Carilah batu seperti yang aku perintahkan”. Nabi Ismailpun pergi mencari batu itu. Namun ketika kembali, ternyata Nabi Ibrahim AS sudah meletakkan sebuah batu hitam. Nabi Ismail pun bertanya, “Wahai Ayah, dari manakah engkau mendapatkan batu itu?”.
“Yang membawa batu itu adalah dia yang tidak dapat menunggumu yaitu Jibril. Ia membawanya dari langit”
Hajar Aswad berupa batu lonjong tidak beraturan. Berkilau berwarna hitam kemerahan yang di atasnya ada goresan berwarna merah dan kuning. Diebutkan juga dalam sebuah kitab mungkin Hajar Aswad adalah sejenis meteor karena dapat memancarkan cahaya ke arah barat, timur, syam dan Yaman hingga ke lembah-lembah di Tanah haram. Dan dilihat dari karakternya yang bersinar menunjukkan bahwa batu itu aslinya tidak berwarna hitam. Memang ada sebagian meteor berubah warna karena perjalanan waktu dan adapula yang tetap berkilau dan bersinar. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa batu itu menjadi hitam karena perbuatan dosa kaum jahiliyah.
Penghormatan pada Hajar Aswad menurut para ulama tidak lain adalah karena Hajar Aswad memiliki keterkaitan dengan suatu yang suci dan mulia yaitu:
Pertama: tanda akan kesusahan yang ia rasakanketika diperintah Allah meninggikan Ka’bah,
Kedua: Tanda untuk mengenang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS yang telah meninggikan Ka’bah sebagai tempat berkumpulnya manusia dan tempat yang aman untuk beribadah,
Ketiga: Hujjah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Asbahwa Baitullah telah seleai dibangun dan kepemilikannya ada pada Allah SWT.
Seruan Haji Pertama kali
Setelah selesai membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru manusia melakanakan ibadah Haji ke Makkah. Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi ibrahim etelah menerima perintah itu, beliau berkata “ Wahai Tuhanku, Suaraku tidak akan mampu memanggil hingga jauh”.
“Serulah, aku yang akan menyampaikan” Jawab Allah SWT.
Lalu Nabi Ibrahim menyeru “Wahai Manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan atas kamu haji ke baitullah” dan ternyata seluruh makhluk yang ada di bumi dan di langit mendengar seruan Nabi Ibrahim AS tersebut.
Riwayat dari Ubaid bin Umair Al-Laitsi mengatakan bahwa setelah nabi ibrahim dan Nabi Ismail meninggikan bangunan ka’bah hingga selesai, turunlah perintah Allah untuk melaksanakan ibadah haji. Nabi Ibrahim kemudian menghadap ke Yaman dan menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah dan berhaji ke Rumah-Nya. Kemudian terdengar jawaban “Labbaikallahumma labbaik”. Lalu nabi Ibrahim menghadap ke barat dan melakukan hal yang sama dan terdengar jawaban yang sama.
Selanjutnya menurut Imam Ath-Thabari menyatakan bahwa raulullah SAW menceritakan bahwa jibril menemui Nabi Ibrahim pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan mengajarkan tatacara Haji ecara lengkap kepada Nabi Ibrahim AS.
Setelah emuanya selesai, Nabi Ibrahim kembali ke negri syam. Saat itu nabi Ismail telah dewasa dan mampu menggantikan ayahnya mengemban tugas dakwah pada agama yang lurus.
Keputakaan
Ali Husni Al-Khurtubi, Tarikh Ka’bah, Hal 27-44
Ath-Thabari, Tarikh Al-Umam wa Al-Mulk, jil I, hal 48
Ath-Thabari, Tarikh Al-Umam wa Al-Mulk, jil I, hal 176-184
Luthfi Jum’ah, Taurah Al-Islam wa Bathal Al-Anbiya’, Hal 59
Ibn Fadhillah al-Umari, Masalik al-Absar fi Mamalik Al-Amhar, Jil I, Hal 94